Senin, 28 September 2015

Harusnya Kita Itu Belajar Bukannya Hanya Formalitas

Memiliki sifat pembelajar, rajin bertanya dan aktif ketika menemukan hal baru dalam pelajaran sudah perlahan menghilang dalam kondisi pelajar saat ini. Bagaimana hal ini bisa terjadi? entahlah. Bisa dibilang semangat belajar para pelajar yang dulu muncul hari ini tidak seperti itu. Apa yang terjadi dengan dunia pendidikan kita? wallahu'alam.

Seringkali saat ini kita banyak temukan, pelajar yang memang asyik masuk kelas, mengikuti rutinitas belajar sehari-hari. Bahkan tidak jarang yang saking sudah sangat rutinnya, mereka masuk kelas, berhadapan dengan guru, mengerjakan LKS di saat yang sama guru dengan santai melakukan sesuatu yang lain di kelas. Jam pelajaran usai, dan semuanya pulang. Menjelang Ujian Nasional semuanya sibuk, mulai dari siswa, orang tua, guru dan sekolah. Semua sibuk bagaimana mengejar target kelulusan yang seharusnya dicapai.

Seharusnya yang menjadi perhatian utama kita adalah, bagaimana seorang anak, seorang siswa bisa memiliki mental pembelajar yang baik. Mental untuk selalu ingin belajar lebih banyak dari waktu kewaktu. Inilah yang menjadi fokus pembelajaran seharusnya. Guru seharusnya membuat siswa semakin bersemangat untuk bisa belajar di luar kelas, bukannya justru semakin membuat siswa tak berdaya dengan tanpa kehadiran guru disampingnya. Inilah yang menjadi persoalan pertama.

Mental siswa yang tidak semangat belajar, maka seharusnya bisa mencerminkan bagaimana kondisi bangsa ini selanjutnya? Jika saat muda tidak haus ilmu, maka apa yang akan terjadi ketika dirinya telah dewasa kelak.

Senin, 28 Mei 2012

kenapa pelajar?

bismillah
kita awali dengan yang baik hari ini

ada sebuah pertanyaan, kenapa dakwah mesti dilakukan pada pelajar?
mengingat begitu strategisnya usia pelajar, usia yang produktif dengan semangat meledak-ledak
ketika kita mampu membina dan mengarahkan pemikiran seseorang ke arah yang sangat jauh dari usia ini
maka insyaAllah di usia yang lebih dewasa mereka sudah sangat matang

bila diibaratkan atlit bulu tangkis, ketika yang satu dilatih semenjak sd,
yang satu dilatih semenjak smp,
maka ada peluang yang dilatih semenjak sd itu memiliki perkembangan yang lebih baik,
"dengan catatan"
dia istiqamah dan terus secara konsisten dan berkelanjutan mengikuti latihan
dan menghadapi berbagai turnamen, serta terus berlatih tanding dengan atlit lain
yang kemampuannya lebih baik

jadi, meskipun dimulai dari awal,
perkara selanjutnya adalah menjaga dan mengelola "kader pelajar" ini sehingga
terus berkarya meskipun mereka sudah lulus dari pelajar

nah, sekarang yang kita lihat dari strategisnya posisi pelajar adalah
ketika mereka smp, maka mereka memiliki peluang sangat besar untuk
berdakwah di ranah sma, dan sma itu memiliki jumlah siswa yang cukup besar
serta saat ini, sma memang sangat terkenal dengan berbagai tindakan anarkis dan kenakalannya
yang kurang wajar, dari mulai tawuran hingga seks bebas,
nanti, kader pelajarlah yang menjadi benteng utama umat ini
yang mencegah segala kekurangan pelajar yang ada di indonesia saat ini
karena jelas yang menjadi masalah disini bukanlah kurang pintar
tapi tidak berakhlaq baik semuanya

peran guru sekarang telah terdistorsi oleh beratnya tekanan un,
meskipun pada dasarnya tekanan un telah dikurangi dengan diturunkannya
persentase kelulusan yang berasal dari un, tapi tetap saja,
hal ini belum mengurangi tekanan yang muncul pada guru
sehingga cukup berdampak pada fokusnya untuk mengajar, hanya materi yang tertular pada siswa
akhlaq dan karakter pemimpin jauh dari harapan, mungkin tidak semua guru
alhamdulillah Allah masih meninggalkan guru-guru yang komit untuk mendidik
generasi selanjutnya dengan iman dan karakter di beberapa sekolah dan daerah
moga Allah mengistiqamahkannya dan memberikan balasan terbaik buat mereka
untuk guru-guru yang lain, moga tekanannya berkurang dan kembali
menjadi guru idola dan teladan para siswanya

nah kembali kepada dakwah pelajar, ketika kita semua mampu
mengkondisikan agar dakwah semarak di tahapan pelajar,
maka ini akan merembet kepada tahapan tahapan selanjutnya

kurang lebih tahapan kehidupan normalnya seorang warga indonesia adalah sebagai berikut:

a. pelajar - mahasiswa - bekerja

b. pelajar - bekerja

nah dari dua alur tahapan di atas, dapat kita bayangkan, ketika dakwah telah membuat seorang pelajar seorang pribadi yang unggul, pribadi yang shalih, maka ada peluang dia kan
berdakwah pula nanti di tataran mahasiswa dan ketika dia bekerja (profesionalisme)
atau di alur yang (b) juga seperti itu kurang lebih

dan secara jumlah, hingga tahapan smp, di negeri ini ada keputusan untuk wajib belajar, alhamdulillah
sma masih belum, itu artinya, jumlah yang terserap oleh dakwah di tataran pelajar jauh lebih banyak dibandingkan dengan di ranah mahasiswa dengan pekerjaan


insyaAllah kita lanjutkan kelak,



Senin, 21 Mei 2012

kita mulai

bismillah....

segala hal yang baik, pasti dimulai dari sini, dari meluruskan niat hanya padaNya
dan menyebut namaNya dalam setiap aktivitas kita.

blog ini, hanyalah sebuah curahan dari lintasan pikiran yang berkecamuk dalam jiwa
lintasan pikiran yang selalu terngiang mengenai

"hanya pelajar lah, yang mampu memberikan harapan baru
bagi negeri ini di kemudian hari"

dari pelajar lah semua bermula, entah itu yang belajar secara formal (ikut sekolah resmi pemerintah ataupun swasta) ataupun belajar secara non formal ( dari pengalaman orang-orang sekitar, mengikuti pembinaan-pembinaan, les, dan tempat pembelajaran lainnya)

ayat pertama yang turun dalam memulai misi rasulullah saw mengemban risalah suci ini adalah ayat tentang belajar,
iqro,

maka pada dasarnya
perhatian kita kepada pelajar, patut kita prioritaskan
karena pada dasarnya ilmu itu
kan menaikkan derajat pemiliknya
jika memang dipergunakan sebaik-baiknya
di jalan yang benar dan tepat pula

itulah,
dari pelajar untuk negeri insyaAllah

febrian adila idabadi